Skip to main content

Posts

Showing posts from 2019

Chlorine

There is nothing on Earth can touch me like the way you do. There is nothing else on Earth treats my hair like you: I am immersed. My hair dances with you, my skin flies in you: I am chlorined. Depok, 14 November 2011

Memo sapiens

Kita adalah kumpulan luka tertambat tuntutan menjadi dewasa di balik senyum palsu, kata Duta. Kita hanyalah kumpulan busik, dari kesalahan setitik demi setitik hingga rusaklah nila sebelanga, Pak Cik. Dan untuk menyempurnakannya, raga ini pun hanyalah aktiva aus, menuju renta. Depok, 9 September 2019

Bisakah orang India hidup tanpa bersandar pada pohon dan menyanyi lagu sendu?

Jika saya orang India, saya tidak dapat membayangkan hidup tanpa pohon. Bagaimana saya menari lagu-lagu kasmaran dengan mata melirik manja, tubuh bersandar pada pohon sembari menatap sendu dan bibir menyanyi lagu rindu, atau mencoba mencuri-curi pandang pada sang pujaan di balik lindungan suatu pokok rindang? Walaupun ini bisa jadi hanya adegan di film-film Bollywood, setidaknya kali ini, amini saja. Kenapa? Karena India tidak main-main mengurus pepohonan dan tutupan hutannya. Sejak 2015, India bahkan berhasil meningkatkan luas tutupan hutannya sebanyak 1% (India State Forest Report 2017), yang mungkin tak terbayangkan bagi kita yang masih berjuang mencegah penggundulan dan kebakaran hutan. Parlemen India dalam 14th Finance Commission 2015 mengeluarkan sebuah rekomendasi reformasi fiskal yang mengubah bagaimana pemasukan pajak didistribusikan untuk seluruh negara bagiannya. Ini mirip-mirip dengan Indonesia yang mengalokasikan dana tertentu di tiap provinsi dan kabupaten/kota dengan...

...wis mati kok yo ngangeni

Pada 2 Agustus nanti, akan genap dua tahun Bapak pergi. Senantiasa teringat kata-kata Ibu: "Pas urip pengen mateni, wis mati kok yo ngangeni." Ngaturaken Al Fatihah, kagem Bapak yang sudah sabar mengajari saya naik sepeda dan sepeda motor--meski berkali-kali nabrak tiang listrik dan pohon. Yang sering mengisi sisa sepertiga malamnya dengan membuat rak buku kayu untuk komik-komik saya yang lebih banyak dari buku pelajaran saya, memastikan bahwa saya bangun pagi dengan sumringah karena punya rak buku baru. Yang tak pernah marah meski tiap sekolah selalu ada telepon dari guru BK ke rumah, melaporkan saya yang bermasalah ini-itu, sampai beberapa kali hampir dikeluarkan dari sekolah pun Bapak tak pernah marah. Ketika ada surat DO dari UI dikirim ke rumah, Bapak menelepon untuk meminta saya menjelaskan bagaimana saya bisa mendapat surat DO, dengan nada yang tenang, tidak marah sama sekali, yang justru membuat saya gemetar. Di akhir telepon saya berjanji akan wisuda--dan itu ...