Pada segelas susu yang terhidang di pagi hari atau menjelang tidur, terkandung sejarah panjang—yang masih berjalan. Tidak hanya riwayat evolusi manusia pemerahnya, evolusi sapi yang menghasilkannya, tetapi juga kisah bagaimana awal mula manusia menjinakkan dan terpikirkan untuk meminum cairan putih yang terpancar dari puting susu sapi itu. Kelak, manusia yang konon kian berperadaban ini menambahkan kasta dalam segelas susu. Sering kita mendengar kelakar setengah olokan kepada kawan yang langsung diare ketika minum susu. “Perut ndeso ,” atau “perut kampungan”, dan untuk mereka yang gemar minum susu juga tak bebas ejekan. Seperti bule, katanya. Seperti apakah perut yang kampungan itu? Dan seperti apa perut atau selera seperti bule? Mari kita telusuri lorong waktu, bermilenia lalu. Nenek moyang kita nampaknya punya deretan gigi yang kokoh, tentu saja karena mereka tidak mengkonsumsi gula, dan daging sebagai makanan utama membutuhkan gigi yang kuat. Dari mana kita tahu gigi merek...